TEORI STIMULUS-RESPON

 

Kharisma Ayu Mutiara Dewi

19310410070

FX Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A.

Dollard dan Miller bekerja sama di Institute of Human Relations, Universitas Yale. Mereka mengembangkan pendekatan interdisiplin 3 bidang ilmu, yakni teori belajar, psikoanalitik, dan antropologi sosial. Mereka dipengaruhi oleh teori Hull-Spence tentang peranan motivasi terhadap tingkah laku, dan bagaimana motivasi belajar dapat diperoleh. Selain Hull, mereka juga banyak dipengaruhi oleh ahli behavior sebelumnya seperti Thorndike, Pavlov, dan Watson.

Struktur Kepribadian

Habit atau kebiasaan adalah satu-satunya elemen dalam Teori Dollar dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon, yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi pengalamannya. Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara: kebiasaan hari ini mungkin berubah berkat pengalaman baru besok pagi.

Dollard & Miller menyerahkan kepada ahli lain rincian perangkat habit tertentu yang mungkin menjadi ciri seseorang, karena mereka lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar, bukan kepemilikan atau hasilnya. Namun mereka menganggap penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal atau kata-kata dari orang itu sendiri atau dari orang lain; dan responnya yang umumnya juga berbentuk verbal.

Dollard can Miller juga mempertimbangkan secondary drives/dorongan sekunder, seperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relatif stabil. Primary drives dan hubungan S-R yang innate juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit dan secondary drives, karena primary drive dan hubungan S-R ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.

Dinamika Kepribadian

a)   Motivation Drives

Dollard & Miller sangat memperhatikan motivasi atau drive. Mereka tidak menggambarkan atau mengklasifikasi motif tertentu tetapi memusatkan perhatiannya pada motif-motif yang penting, seperti kecemasan. Dalam menganalisa perkembangan dan elaborasi kecemasan inilah mereka berusaha menggambarkan proses umum yang mungkin berlaku untuk semua motif.

Dalam kehidupan manusia banyak sekali muncul secondary drives (drives yang dipelajari) dari atau berdasarkan primary drives seperti lapar, haus dan seks. Dorongan yang dipelajari itu berperan sebagai wajah semu yang fungsinya menyembunyikan drives innate. Kenyatannya, di masyarakat Barat yang modern, dari pengamatan sepintas terhadap masyarakat dewasa, pentingnya primary drives sering tidak jelas, Sebaliknya, yang kita lihat adalah dampak dari drives yang dipelajari: Seperti kecemasan, malu, dan kebutuhan kepuasan. Hanya dalam proses perkembangan atau dalam periode krisis kita melihat jelas beroperasinya primary drives. Dollard dan Miller juga mengemukakan bahwa bukan hanya drives yang primary yang diganti oleh yang sekunder, tetapi reward yang primer ternyata juga diganti dengan reward yang sekunder. Misalnya, senyum orang tua secara bijak terus menerus dihubungkan dengan aktivitas pemberian makanan, penggantian popok dan aktivitas yang memberi kenyamanan lainnya, akan menjadi hadiah sekunder yang sangat kuat bagi bayi.

Penting diperhatikan bahwa kemampuan secondary reward untuk memperkuat tingkah laku itu tidak tanpa batas, Secondary reward lama kelamaan menjadi tidak efektif, kecuali kalau hadiah sekunder itu kadang masih berlangsung bersamaan dengan penguat primer.

b)   Proses Belajar

Dollard dan Miller melakukan eksperimen rasa takut terhadap tikus. peralatannya adalah kotak yang dasarnya diberi aliran listrik yang menimbulkan rasa sakit; kotak itu diberi sekat yang dapat diloncati tikus. Dibunyikan bel bersamaan dengan pemberian kejutan listrik yang membuat tikus kesakitan, yang segera dihentikan kalau tikus itu meloncat ke sisi lain dari kotak. Ternyata sesudah terjadi proses belajar, bunyi bel saja (tanpa kejutan listrik) telah membuat tikus meloncati sekat. Ini adalah reaksi takut terhadap rasa sakit. Percobaan ditingkatkan dengan memasang pengumpil yang harus ditekan tikus agar kejutan listrik dan bel berhenti. Ternyata kemudian tikus berhenti meloncati sekat (yang tidak menghentikan kejutan listrik), dan menemukan cara baru yakni menekan pengumpil. Eksperimen ini mendemonstrasikan beberapa prinsip belajar yakni; classical conditioning (tikus terkondisi merespon bel sebagai tanda akan ada kejutan listrik), instrumental learning (tikus belajar melakukan sesuatu yang sifatnya instrumental dalam memperoleh hasil tertentu), dan extinction (tingkah laku meloncat tidak dilakukan lagi, diganti dengan menekan pengumpil). Tampak pula, primary drive (rasa sakit dan tertekan) memunculkan learned atau secondary drive (rasa takut) yang kemudian memotivasi tingkah laku organisme bahkan ketika sumber rasa sakit sudah tidak muncul.

Dari eksperimen-eksperimennya, Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa sebagian besar dorongan sekunder yang dipelajari manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut dan anxiety. Mereka juga menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar orang harus menginginkan sesuatu, mengenal sesuatu, mengenakan sesuatu, dan mendapat sesuatu (want something, notice something, do something, get something). Inilah yang kemudian menjadi empat komponen utama belajar, yakni drive, cue, response, & reinforcement.

  1. Drive, adalah stimulus (Dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatannya. Dalam penelitian itu, drive rasa sakit mendorong tikus melakukan sesuatu tetapi tidak jelas harus bagaimana.
  2. Cue: adalah stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya dalam penelitian itu, suara bel menjadi cue bagi tikus untuk meloncati sekat atau menekan pengumpil. Jenis dan kekuatan cue bervariasi, dan variasi itu menentukan bagaimana reaksinya terhadapnya.
  3. Response: adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller, sebelum suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi lebih dahulu.
  4. Reinforcement: agar belajar terjadi, harus ada reinforcement atau reward. Dollard dan Miller mendefinisinya sebagai drive reduction (pereda dorongan).

c)      Proses Mental Yang Lebih Tinggi

Dollard memperluas apa yang dimaksud dengan stimulus – respon. Dalam dinamika kepribadian Dollard & Miller terdapat generalisasi stimulus, dimana respon yang dipelajari dalam kaitannya dengan suatu stimulus, dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang bentuk atau wujud fisiknya mirip. Semakin mirip stimulus lain itu dengan stimulus aslinya, peluang terjadinya generalisasi tingkah laku, emosi, pikiran atau sikap semakin besar.

 

DAFTAR PUSTAKA

Susilawati, L.K.P.A. 2016. MATERI KULIAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II. Program Studi PsikologI Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS UDAYANA

Rosyidi, H. 2015. PSIKOLOGI KEPRIBADIAN (Paradigma Traits, Kognitif, Behavioristik dan Humanistik). Surabaya: JAUDAR PRESS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI KEPRIBADIAN RAYMOND CATTEL

TEORI SOCIAL LEARNING-Albert Bandura